Memang sebuah "niat" untuk menjadikan sebuah sajian film yang seperti di inginkan sang pembuat saja tak cukup untuk menjadikan filmnya tampil diatas maksimal. Sebuah "niatan" memang layak untuk diapresiasi, tapi bukan berarti mengangkat derajat filmnya sendiri. Haseena Parkar selaku film bioghraphy dari seorang "Gangster Wanita Mumbai" garapan sutradara Apoorva Lakhia jelas mempunyai sebuah niat yang bagus, yakni menjadikan filmnya tampil seperti yang di inginkan sang pembuat, namun sayang sebuah "niatan" itu urung dibarengi dengan sebuah penggarapan yang mumpuni serta jauh dari kesan yang "diinginkan".
Film dibuka langsung menampilkan setting dimana Haseena Parkar (Shraddha Kapoor) hendak menuju sebuah Pengadilan atas dugaan kasus terkait sebuah operasi bisnis ilegal, tepatnya tuduhan pemerasan uang dari sebuah pembangunan yang akan melakukan bisnis real estate. Guliran adegan selanjutnya yakni sebuah kejelasan terkait sebuah sidang di Pengadilan Haseena Parkar yang turut menceritakan keluarganya yang terdiri dari sang suami, Ibrahim Parkar (Ankur Bhatia) hingga sang kakak, Dawood Ibrahim (Siddhant Kapoor) serta beberapa peristiwa didalamnya terkait kejadian yang menimpa mereka mulai dari asal-usul keluarga hingga sebuah serangan bom yang turut melibatkan meregangnya sebuah nyawa.
Adegan per adegan yang termuat dalam film ini tampil secara periodik dimana mengisahkan kehidupan Haseena muda hingga tatkala ia menyandang sebuah gelar Appa (kakak perempuan), guliran naskah itu terjadi begitu manis tatkala menceritakan kisah Haseena muda hingga menikah serta memiliki empat anak, kisah terkait keluarga hingga romantisme keluarga tampil cukup baik menghiasi layar serta gebrakan konflik yang terjadi tatkala momen mulai sedikit demi sedikit tersulut pun mampu menjaga tensi cerita guna meraih atensi penonton.
Namun sangat disayangkan menuju paruh kedua, "Haseena Parkar" sendiri seolah tampil terseo-seok akibat guliran kisah periodik yang mulai tampil kendor dan melelahkan, naskah garapan Suresh Nair bak seolah kehilangan daya cengkramnya, ia tak pernah tampil prima tatkala harus dihadapkan pada sebuah action sequence atau elaborasi terkait karakter Haseena sendiri, bukan itu saja yang menjadi kelemahan melainkan masalah terbesar tampil tatkala Apoorva Lakhia kurang menggali kedalaman cerita, ia punya guliran konflik yang bisa dibilang kaya, misalnya terkait sebuah kasus ilegal tadi hingga permusuhan Dawood Ibrahim dengan sesama gangster yang melibatkan banyak orang serta menyulut sebuah kondisi yang mengancam, aneh memang kita mendapati Dawood Ibrahim hanya duduk manis serta dikelilingi wanita seksi di Dubai, kakak mana yang rela meninggalkan sang adik, apalagi ini perempuan, kakak gila macam mana yang mendapati sang adik terkena musibah ia hanya seolah diam saja. Kurangnya kejelasan cerita menambah kekacauan film ini.
Shraddha Kapoor tampil begitu meyakinkan lewat perannya untuk menjiwai sang titular charchter, chemistry yang ia lakukan bersama Ankur Bhatia pun tersaji cukup manis, begitupun dengan sang kakak Shiddant Kapoor yang mana adalah seorang kakak kandung asli di kehidupan nyata. Meski beberapa tampil terkesan kurang menjiwai, namun kharisma yang dimiliki Shraddha mampu menutupinya. Satu hal lagi yang sangaat annoying selain guliran cerita yang kurang digali lebih dalam yakni penggunaan slow-motion hingga CGI yang serba kurang serta menciptakan efek yang menjemukan tatkala menonton, diperparah lagi itu tampil lewat shoot yang tampil statis. Sinematografi bidikan kamera Fasahat Khan memang lebih cenderung tampil dalam nuansa dark serta gubahan musik arahan Sachin-Jigar yang terasa kurang memorable. Sangat disayangkan memang.
SCORE : 2/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar