Saya mungkin sudah sering menyebutkan bahwa dibalik pembuatan sebuah film sebagai sarana hiburan, para sineas turut menyelipkan sebuah pesan dari film tersebut, Memang tak semuanya berjalan mulus, namun menilik apa yang disampaikan oleh Shree Narayan Singh (Yeh Jo Mohabbat Hai) dalam Toilet: Ek Prem Katha berjalan begitu mulus, menghindarkan filmnya dari sebuah kesan preachy yang kerap disalahgunakan oleh para sineas dengan kesan "penyampaian" itu sendiri.
Toilet: Ek Prem Katha yang dalam bahasa Indonesia berarti Toilet: Sebuah Cerita Cinta, mengetengahkan kisah romansa antara Keshav (Akshay Kumar) dengan Jaya (Bhumi Pednekar) yang bertemu pada saat sebuah perkenalan tak terduga, mereka menjalin hubungan dan kemudian menikah. Setelah menikah, Jaya dikejutkan dengan kondisi rumah Keshav yang ternyata tak memiliki toilet, hal tersebut didasari oleh ayah Keshav yang seorang pendeta (Sudhir Pandey) yang masih menganut dan berpegang teguh pada tradisi lama. Disinilah rumah tangga antara Keshav dan Jaya teruji.
Waalupun sama yang tinggal di daerah pinggiran, Jaya mungkin lebih terbuka soal pemikiran yang mana ini yang sering dikeluhkan kepada Keshav maupun sang mertua. Narayan Singh yang dibantu sokongan naskah dari Siddharth-Garima membungkus momen tersebut dengan sentuhan dialog komedik yang menggelitik tanpa harus kehilangan tensi untuk tetap tampil prima, disamping itu pula naskahnya terasa ringan, jauh dari kesan preachy dan tetap konsisten dengan apa yang menjadi fokus utama film ini, yakni Toilet.
Akshay Kumar dan Bhumi Pednekar mulus menjalin sebuah chemistry. Keduanya bertransformasi kian merekatkan dan membuat filmnya begitu asik untuk disimak, kala Jaya dirundung sebuah kekecewaan, Keshav dengan sigap mencari solusi, termasuk mengantar sang istri naik kereta untuk sekedar buang air ditengah keengaanan sang istri untuk mengikuti tradisi masyarakat perempuan yang keluar malam demi buang air, membawa alat penerangan dan juga ember berisi air yang mana dipandang Jaya sebagai sebuah tindakan yang kurang adil dan tentunya menilik dari segi kesehatan pun sangatlah berdampak bagi lingkungan.
Menuju third-act, Narayan Singh mengubah jalur filmnya ke ranah drama dengan sentuhan dialog thriller politis yang untungnya berjalan mulus kala berpindah tone. Disini konflik semakin kompleks dan tentunya serius. Meskipun sedikit mengalami sebuah momen klise, Singh masih menguatkan penonton dengan sub judulnya, bahwa semua dilakukan atas dasar cinta dan tentunya sebuah kesadaran untuk berani menerima sebuah perubahan. Cinta Keshav terhadap Jaya mendobrak relasi itu hingga kita menemukan sebuah pertanyaan "how far would you go for someone love?".
Lewat Toilet: Ek Prem Katha, Shree Narayan Singh menampilkan sebuah kritisi akan sebuah sanitasi yang kurang sehat, menghapus sebuah pemikiran kolot yang mengatasnamakan tradisi dan tentunya sebuah women empowerment. Toilet: Ek Prem Katha membungkus semunya dengan sebuah satir yang menggelitik yang tanpa kita sadari menghasilkan sebuah impact yang bukan hanya sekedar penting melainkan sebuah keharusan.
SCORE : 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar