Mars Met Venus mengikuti pola sebuah film yang di pecah menjadi dua yang mana adalah keputusan tersebut tentulah sangat berisiko. Memang tak sepenuhnya salah keputusan untuk membagi dua film berdasarkan teori John Gray sang penulis Men Are from Mars, Women Are from Venus which is very stereotypical terkesan kokoh. Mari kita lihat bagaimana cara sutradara perempuan Hadrah Daeng Ratu beserta juga penulis perempuan Nitiya Bagya berbicara mengenai sudut pandang seorang cowo.
Berbeda dengan Part Cewe yang berisi sebuah pertengakaran demi pertengkaran yang melelahkan, Part Cowo tampil sebagaimana biasanya cowok tampil, begitu santai dan kalem. Memang Part Cowo bak sebuah tambal sulam dari Part Cewe yang mana mayoritas durasi sudah tampil di Part Cewe, Part Cowo langsung tampil ke inti permasalahan utama, namun pilihan tersebut jelas sebuah tindakan yang tepat untuk menghindari sebuah repetisi dari Part Cewe.
Part Cowo jelas merangkum bahwa "boys are stupid" itulah yang coba ditampilkan Hadrah untuk para cowok (kami). Namun meskipun begitu, Part Cowo mampu tampil stand out kala mayoritas durasi begitu dekat dengan kehidupan kami (cowok). Ketimbang menebak kepribadian pria lewat zodiac atau memberi saran seperti yang dilakukan oleh kedua rekan Mila, Icha (Ria Ricis) dan Malia (Rani Ramadhany). Part Cowo tampil penuh dengan unsur komedik, membuat para sahabat Kelvin, yang semuanya tergabung dalam Cameo Project begitu dekat dan terasa intim dan mempunyai ciri khas masing-masing. Tingkah "kotor" Bobby (Ibob Tarigan), Martin (Martin Anugrah) yang kerap asal bicara, Steve (Steve Pattinama) dengan wajah sangar, namun berhati lembut, serta Reza (Reza Nangin) sahabat yang paling bijak meski tak kalah bodohnya.
Dengan demikian, Part Cowo yang masih berbicara mengenai Kelvin (Ge Pamungkas) menghadapi Mila (Pamela Bowie) dalam sebuah hubungan terasa lebih dekat. Disini karakter Mila memang tak selalu menjadi sorotan, bertujuan untuk mendekatkan penonton pada tim Mars, terutama Kelvin. Meskipun terasa aneh kala Part Cewe Kelvin masih mendominasi menjadi poros cerita. Jika pada Part Cewe, momen "Sate Padang" adalah salah satu momen terkocak, maka Part Cowo mempunyai momen yang tak kalah khas, let it's call "jangan berantem" momen. Sekali lagi, Ge membuktikan kepiawaiannya dalam berlakon, sekaligus sebagai ajang pembuktian bahwa ia juga piawai bermain dalam ranah dramatik.
Apakah Part Cowo mewakili perspektif seorang cowok (kami)? Saya jawab iya. Part Cowo tampil begitu meyakinkan sekaligus mewakili kebanyakan tingkah polah ketika cowo bersama sahabat, sebutlah seperti apa yang telah menjadi ciri khas sahabta Kelvin diatas. Hadrah tak sepenuhnya menekankan bahwa cowok biang masalah ataupun stupid. Turut menyelipan momen yang romantis. Menekankan bahwa cowok adalah gender yang paling romantis daripada cewek. Adegan kala Kelvin memberi kejutan yang melibatkan rangkaian foto begitu manis, ditemani lagu Dulu, Kini, Nanti yang dalam Part Cewe dinyanyikan oleh Citra Scholastika, maka dalam Part Cowo adalah versi Adis Putra menemani pameran foto yang begitu menyentuh, tak kalah menyentuhnya dengan momen yang melibatkan keluarga, begitu serius, hangat, manis, dan romantis saat bersamaan.
SCORE : 3.5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar